Generasi Darurat Kekerasan, Selamatkan Dengan Islam
Oleh : Wiwit Citarasmi, SE
Generasi Darurat Kekerasan
Generasi Islam sejatinya identik dengan akhlakul Karimah. Namun fakta hari ini menunjukkan hal yang sebaliknya.
Generasi muda kita saat ini justru banyak yang tersangkut kasus kekerasan. Dari kasus bulying, tawuran, pemerkosaan, penganiayaan dan sebagainya yang terjadi di berbagai daerah dalam beberapa waktu dekat ini. Salah satu kasus kekerasan di kalangan remaja ini terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur. Seorang santri harus meregang nyawa karena di aniaya oleh sesama teman santrinya sendiri, korban yang berinisial AR tewas dianiaya seniornya inisial AS (20) akibat dituduh mencuri uang pelaku sebesar Rp 200 ribu. Peristiwa ini terjadi di salah satu asrama pesantren di Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda pada Sabtu (18/2) sekitar pukul 17.30 Wita. (detik.com/23 /02 2023).
Jika kita cermati dari sekian banyak kasus kekerasan yang terjadi pada generasi remaja hari ini sejatinya hanyalah sekelumit yang terlihat dari permukaan puncak gunung es. Fakta yang terjadi di masyarakat jauh lebih besar lagi dari yang diberitakan di media. Data UNICEF tahun 2016 menyatakan bahwa kekerasan yang terjadi sesama remaja di Indonesia mencapai 50 %. (fkkmk.ugm.ac.id/14/02/2018). Fenomena semacam ini juga dikenal sebagai kenakalan remaja, dan fenomena ini bukan hanya terjadi secara kasuistik di Indonesia saja, namun ternyata juga terjadi merata di berbagai negeri di dunia. Pernyataan ini di perkuat dengan data dari WHO tahun 2020 yang menunjukkan bahwa setiap tahun nya kasus kekerasan yang terjadi mencapai angka 200 ribu kasus di seluruh dunia yang terjadi di kalangan pemuda berusia antara 12-29 tahun. Dan 84 % dilakukan oleh remaja laki-laki. (muslimahnews/28/02/2023)
Minim Peran Keluarga dan Lemahnya Kontrol Sosial
Jika kita amati persoalan remaja ini sejatinya disebabkan karena pada fase remaja ini adalah fase mereka sedang mengalami krisis identitas. Dimana dalam fase ini menjadi fase paling emosional dan paling rentan pada kalangan remaja untuk terjadinya konflik dengan lingkungan sekitar mereka. Maka idealnya keluarga seharusnya mampu menjadi support sistem yang akan membantu mereka untuk dapat menghindarkan diri dari potensi konflik internal dan eksternal, dengan cara penanaman aqidah yang kuat dalam kepribadian mereka oleh para orang tua maupun anggota keluarga lainnya.
Namun pada kenyataannya hari ini yang seringkali tampak adalah bahwa peran keluarga khususnya para orang tua menjadi minimalis di sebabkan rapuhnya institusi keluarga. Hal ini sejatinya merupakan salah satu dampak langsung dari fenomena hari ini di kalangan para ibu, yaitu kaum ibu yang berbondong-bondong pergi bekerja keluar rumah meninggalkan anak-anaknya bersama pengasuh, dalam rangka mencari tambahan penghasilan. Di tambah lagi para ayah dimandulkan perannya dengan persepsi bahwa ayah hanya bertugas mencari nafkah saja, sehingga akhirnya menjadikan mereka berlepas tangan dari pendidikan anak. Dan imbasnya anak remaja mereka akan mencari identitas mereka dengan teman sebaya mereka, sementara sesama mereka sama-sama berada pada fase yang sama. Bingung dan galau bersama, pada akhirnya dilampiaskan dengan berbuat kenakalan dan kriminal demi pengakuan eksistensi diri. Pun di tambah lagi kontrol sosial yang lemah menguatkan rantai kekerasan yang terjadi di kalangan generasi remaja ini.
Negara Abai
Selain butuh peran keluarga sebagai support sistem yang akan mencegah para remaja ini mengarah pada konflik sosial, peran negara tidak kalah penting dalam pencegahan kasus kekerasan di kalangan remaja. Hari ini negara abai dalam memberikan sistem pendidikkan yang dapat mencetak kepribadian baik anak dengan ketaqwaan yang kuat kepada Allah SWT. Yang akan mencegah anak remaja berbuat yang melampaui batas norma-norma Islam dalam aktivitas mereka.
Justru saat ini negara melakukan upaya menjauhkan pendidikan dari agama dengan kurikulum sekuler liberal. Baik di sekolah negeri maupun di madrasah, negara selalu berupaya menjauhkan para pelajar untuk tidak terlalu dekat dengan agamanya, khususnya Islam. Misal ada cap radikal bagi siapa saja pelajar yang mengkaji Islam secara intens.
Sehingga alih alih remaja dapat menemukan identitas nya dengan belajar Islam, justru mereka akan semakin terjebak dengan tradisi kekerasan yang ada. Sistem hukum yang tidak jelas dan tidak tegas juga menjadi penyebab tindak kekerasan ini tak dapat diselesaikan secara tuntas. Sehingga semakin mengkonfirmasi kegagalan negara dalam mengatasi darurat kekerasan di kalangan remaja hari ini. Dan dapat disimpulkan dari semua penyebab ini, akar nya adalah sekulerisme di segala aspek kehidupan. Dari lingkungan keluarga, sistem pendidikan nya, sistem sosial dan sistem hukumnya semua sekuler. Walhasil terbentuk lah karakter sekuler pada diri generasi hari ini sehingga berpotensi menjadi generasi touble maker bukan problem solver.
Selamatkan Generasi dengan Islam Kaffah
Sudah jelas ketika akar masalah utama nya adalah asas sekulerime yang menjerat kehidupan kaum muslim hari ini, dimana standar penentu baik dan buruk adalah akal bukan syariat Islam, maka tidak ada pilihan lain selain mencabut akar sekularisme dari kehidupan dan menggantinya dengan asas Islam. Karena menjadikan Islam sebagai pedoman kehidupan adalah sebuah kewajiban bagi kaum muslimin. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah al Maidah ayat 48 yang artinya :
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu……”
Sehingga menerapkan Islam secara kaffah sejatinya adalah mutlak perintah dari Allah SWT untuk seluruh kaum muslimin. Kaum muslimin dimanapun wajib hukumnya melaksanakan semua aspek kehidupan berasa kan Islam. Aspek keluarga, aspek pendidikan, aspek hukum ,pemerintahan dan seterusnya.Wajib berkiblat pada Islam Kaffah atau syariat Islam. Dan yakin hanya dengan menerapkan syariat Islam kaffah dalam segenap aspek kehidupan, semua masalah akan terselesaikan secara tuntas. Termasuk problem kekerasan di kalangan generasi muda hari ini, ketika negara membangun sistem pendidikan berdasar pada asas Islam, para pelajar nya akan terbentuk dengan karakter Islam yang kuat. Paham baik dan buruk harus berdasar akidah Islam. Paham mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan karena ketaqwaan mereka kepada Allah semata.
Sehingga kecil sekali kemungkinan para generasi yang berkepribadian Islam akan melakukan perbuatan yang keji seperti membully , menganiaya atau memperkosa sesama teman mereka sendiri. Karena mereka telah memahami konsekuensi apa yang akan mereka terima di yaumil hisab kelak ketika mereka berbuat sesuatu yang buruk semasa hidup di dunia.
Demikian pula ketika negara menerapkan sistem hukum berlandaskan pada Syariat Islam, pasti akan mencegah para pelaku kekerasan karena sifat hukum yang tegas dalam Islam yang memberi efek jera bagi para pelaku kriminalitas. Sehingga dengan sinergi semua sistem Islam yang diterapkan oleh negara akan mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang kondusif dan Rahmatan lil ‘Alamiin sebagaimana sifatnya ketika Islam diterapkan secara kaffah dalam kehidupan nyata. Selamat lah masyarakatnya, selamat lah generasi muda nya dari berbagai keburukan.
Wallahu’alam bii shawab.
*) Penulis adalah Aktivis Muslimah
Komentar