Ketua LSM ILMU Soroti Proyek Miliaran di Kawasan Pantai Cepi Watu
TIMESLINE - Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Insan Lantang Muda (LSM ILMU), Doni Parera menyoroti proyek pembangunan Kawasan Destinasi Pariwisata Pantai Cepi Watu, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim).
Ketua LSM ILMU menyatakan, pantai Cepi Watu sebagai satu-satunya spot destinasi pariwisata di lingkar Kota Kabupaten yang dikelola oleh Pemerintah Manggarai Timur Provinsi NTT, dapat dikategorikan sebagai miniatur taman kota yaitu mencakup segala aspek yang berkaitan dengan nilai keindahan kota tersebut.
Idealnya penataan lanskap taman, khususnya di kawasan destinasi wisata seperti pantai Cepi Watu, sejak awal, harus direncanakan dengan baik untuk mewujudkan taman Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang indah dipandang, "Penataan lanskap taman kota atau pantai yang ideal diwujudkan dalam bentuk ruang terbuka hijau (RTH) yang penuh arti," ungkap Doni Parera, diselah obrolan panjang saat ditemui di Kawasan Pantai Cepi Watu, pada Minggu, 20 Maret 2021.
Dalam perancangan lanskap RTH, jelas Doni, perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen-elemen tanaman agar memiliki nilai fungsional dan estetika.
"Dengan melihat pemandangan seperti ini, sebagai destinasi wisata pantai, apa yang ingin kita suguhkan kepada para pengunjung? Semestinya mereka (Pemda Manggarai Timur) malu karena buang uang diatas rongsokan yang dipajang oleh Disparbud sendiri," ungkap Doni.
Bukan tanpa alasan, ungkapan ketua LSM ILMU itu, Ia nyatakan lantaran tidak yakin melihat pemandangan di kawasan Pantai Cepi Watu - Kota Borong yang nampaknya justru semakin tidak elok, meski telah menghabiskan anggaran miliaran rupiah untuk mendandani kawasan tersebut.
Pantauan Akurat News, selama 3 pekan terakhir ini, pengunjung pantai Cepi Watu berangsur sepi. Berbeda dari sebelumnya, setiap akhir pekan, halaman parkir di Cepi Watu tampak dipadati oleh kendaraan pengunjung yang datang dari beberapa wilayah baik dari Manggarai Raya bahkan dari beberapa kota lain di Indonesia.
Hilangnya gairah para petualang mengunjungi pantai Cepi Watu, selain karena pemandangan di pantai tersebut yang penuh dengan sampah organik dan sampah sisa material proyek, kondisi itu rupanya didukung oleh keberadaan Pantai Liang Bala, salah pantai dengan pesona pasir putih di sisi utara kota Borong.
"Sekarang pengunjung tidak tertarik lagi untuk mengunjungi pantai Cepi watu, tapi memadati pantai pasir putih dan Liang Bala. Karena Cepi watu tampak romol dengan bangunan mubazir tidak berguna," ungkap Doni.
Dari pemandangan kasat mata Destinasi Cepi Watu, menurut Doni, jelas tidak sebanding dengan dana miliaran rupiah yang mengalir di bibir pantai Kota Borong itu, "Apa yang kita lihat di pantai Cepi watu belakangan ini, menambah bukti salah urus daerah ini. Landscape Cepi Watu ini tampak berantakan. Banyak sampah organik dan materi sisa proyek pembangunan kawasan pantai Cepi Watu ini," ungkap Doni, kesal.
Untuk diketahui, pada tahun anggaran 2021, Pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Timur (Matim) melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) mengalokasikan anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik tahun 2021 yaitu senilai Rp 3.024.797.000.000, yang digunakan untuk membiayai pembangunan Destinasi wisatawan Pantai Cepi Watu.
Dalam pengerjaan proyek destinasi wisata tersebut, pemerintah melibatkan 6 pihak swasta alias kontrak sesuai banyaknya item pekerjaan dengan besaran jatah masing-masing paket yang berbeda.
"Luar biasa, ternyata pemerintah harus menghabiskan anggaran yang fantastis untuk menata landscape pantai yang tidak ada bedanya dengan pajangan rongsok. Dimana letak keindahannya?" kata Doni.
Aktivis yang aktif di berbagai kegiatan sosial dan pemerhati lingkungan khusus di kawasan pantai itu menilai proyek Destinasi milik Disparbud Kabupaten Manggarai Timur itu lebih banyak memberi keuntungan bagi sejumlah pihak yang terlibat pengerjaan.
"Penataan kawasan pantai ini adalah project money oriented. Apa nilai tambah dari fasilitas yang dibangun tahun anggaran lalu itu? Sejatinya, fasilitas tersebut dibangun untuk kenyamanan pengunjung, dan menambah PAD Matim. Namun, yang terjadi, bangunan itu tampak sudah rusak, dan 'monumen' bangunan lama dipajang diatas infrastruktur yang baru. Seperti tempat pameran barang rongsokan," ungkap Doni.
Terkait penataan elemen lanskap khususnya di kawasan pantai Cepi Watu, menurut Doni, sangat mempengaruhi penampilan dan kualitas lanskap taman itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan tenaga profesional di bidang tersebut.
"Lazimnya tahapannya yaitu mulai dengan merencanakan (planning), mendesain lahan, dan menyusun elemen-elemen alam dan buatan sehingga menyajikan suatu kondisi lingkungan yang fungsional dan estetis," ungkapnya.
Idealnya pembangunan lanskap itu perlu perencanaan matang agar memperoleh hasil terbaik. Karena itu, kata Doni, keterlibatan tenaga profesional diperlukan, "Pembangunan atau penataan Lanskap RTH dilakukan sebaik mungkin agar memberikan kesegaran bagi mereka yang penat dengan rutinitas hidup di kota," kata Dia.
Menurut Doni apapun jenis pembangunan, baik yang telah maupun sedang dikerjakan oleh pemerintah, harus bermuara terhadap terwujudnya kesejahteraan bagi rakyat. Ia menilai, secara kasat mata, pembangunan Kawasan Destinasi Pariwisata Pantai Cepi Watu justru berorientasi pada keuntungan pihak tertentu dari proyek tersebut.
"Tujuan adalah tidak semata-mata hanya untuk menyerap anggaran tapi juga harus memberikan kesan yang berarti bagi masyarakat dari pembangunan itu sendiri," tutupnya.***
Komentar