Revitalisasi Peran Perpustakaan sebagai Sumber Belajar
TIMESLINE - Lebih dari dua dasawarsa silam, saat Gedung World Trade Center (WTC) di New York tertabrak pesawat, George W. Bush; Presiden AS pada masa itu, sedang di ruang kelas di Emma E. Booker Elementary School, Sarasota, Florida; menuliskan pesan di papan tulis kepada para siswanya, “Reading makes a country great.”
Lewat dokumen sejarah lainnya, tercatat bahwa ada banyak tokoh kelas dunia yang sempat keliru terdiagnosa oleh gurunya. Winston Churchill sempat dikeluarkan dari kelas bahasa Latin. Thomas Edison, pernah dipulangkan ke rumah dengan sebuah catatan yang menyatakan bahwa ia tidak punya harapan. Louis Pasteur juga sempat dianggap sebagai anak yang lambat belajar dalam kelas kimia.
Tampak jelas bahwa keberpihakan pemimpin terhadap proses tumbuhkembangnya literasi nantinya akan berkontribusi besar atas kokohnya suatu bangsa di kemudian hari. Di lain sisi, catatan sejarah tak steril dari kekeliruan bahwa esensi dari belajar senyatanya adalah proses menemukan, menumbuhkan, dan memberikan penguatan atas potensi dari tiap anak-anak murid.
Hari ini, arus dan gelombang informasi dan teknologi mengalami perubahan begitu pesat dan telah berdampak terhadap cara dan perilaku seseorang dalam belajar. Saat ini, informasi dan pengetahuan begitu berlimpah, serta dengan mudah dan cepat diakses.
Bukan mustahil, apabila gagap dan gugup dalam mengelola arus dan gelombang perubahan, niscaya keberlimpahan informasi tersebut justru berpotensi mematikan. Ibarat bagai anak ayam mati di lumbung; mati di tengah-tengah kemelimpahan akibat ketidakmampuan dalam menyaring serta mencerna aneka informasi sebagai sumber daya secara bijak.
Revitalisasi perpustakaan
Secara sederhana revitalisasi dapat dipahami sebagai suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang berdaya. Perpustakaan acapkali dipahami sekedar sebagai suatu ruang fisik yang sunyi, sepi, berisikan kumpulan buku, dokumen, dan arsip. Jauh dari kesan menarik untuk dikunjungi sehingga potensi sumber dayanya nyaris tak tersentuh dan tak termanfaatkan secara optimal.
Dalam konteks pembelajaran di sekolah, slogan Merdeka Belajar yang gencar dikumandangkan saat ini, senyatanya belum sepenuhnya memberikan dampak yang benar-benar memerdekakan. Perlu diingat dan disadari bersama bahwa dengan diusungnya spirit merdeka dalam belajar, tidaklah berarti kegemaran anak murid dan guru dalam membaca dan menulis otomatis tumbuh dengan sendirinya.
Dibutuhkan proses waktu dan banyak faktor yang perlu dilibatkan untuk melahirkan dan menumbuhkembangkan kompetensi dan keterampilan seseorang dalam berliterasi agar menjadi kebiasaan (habit) sejak dini. Meminjam pepatah bijak Afrika, ‘Membutuhkan orang sekampung untuk membesarkan seorang anak’ (it takes a village to raise a child).
Pustakawan perlu secara aktif dan kreatif memikirkan strategi yang tepat terkait optimalisasi peran perpustakaan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Bagaimana menjadikan warga sekolah untuk makin gemar datang dan membaca di perpustakaan. Sebagaimana ungkapan bijak dalam bahasa Inggris, “The world is the book with the best story. If you never leave your village, you only read one page of it.”
Perpustakaan Sekolah Citra Kasih Don Bosco, Pondok Indah PI secara konsisten berkomitmen dalam menghidupi program literasi, antara lain melalui Library Class bagi siswa Sekolah Dasar (SD) guna melatih dan meningkatkan kemampuan dasar literasi yaitu membaca, menulis dan berbicara. Pula, di bulan Oktober mendatang, sekolah akan menyelenggarakan Bulan Literasi yang melibatkan peran aktif dari keseluruhan warga sekolah; anak murid, guru, dan orang tua.
Sebagaimana diulas dalam artikel ‘Terangi Negeri dengan Pijar Literasi’ (Akuratnews.com – 1 Juli 2023), bahwa melalui pembiasaan baca tulis yang dibarengi dengan spirit entrepreneurship maka pijar literasi yang dihidupi oleh komunitas Sekolah Citra Kasih Don Bosco Pondok Indah senyatanya merupakan bagian dari kreativitas dan inovasi pembelajaran.
Dengan demikian, hakikat perpustakaan perlu direvitaliasi; dihadirkan dan dimaknai kembali sebagai lingkungan belajar, lahan bagi tumbuhkembannya potensi diri. Bukankah kebermaknaan proses pembelajaran baru akan terjadi ketika mampu merajut dan mengorkestrasi aneka pengalaman kehidupan personal menjadi suatu pengalaman kehidupan yang memperkaya dan penuh warna?
Selamat datang dan selamat menimba ilmu di perpustakaan sebagai samudra pengetahuan. Beranilah melangkah keluar, beranjak dari gubuk pengetahuan kita yang sempit, dan mulai menjelajah; menembus dimensi ruang dan waktu. Akhirnya, selamat bertumbuh, berkembang, dan berbuah menjadi insan-insan yang cerdas dan bermartabat.
Penulis: Ingska Rakhmawati, S.I. Pust. – Pustakawan Sekolah Citra Kasih Don Bosco, Pondok Indah
Thio Hok Lay, S. Si, CBPA - Guru Sekolah Citra Kasih Don Bosco, Pondok Indah
Komentar